Teman-teman, sebelum kita Mengenal Lebih Dekat Tentang
Resimen Mahasiswa “Menwa” Pasopati UNY mari kita melihat sejarahnya terlebih
dahulu...
Awal tahun
1960, Bung Karno melakukan kunjungan kerja ke Bandung untuk meyampaikan kuliah
umum kepada para mahasiswa Bandung di depan kampus ITB.
Setiba
dilapangan udara Andir Presiden disambut oleh Panglima Kodam VI Siliwangi
Kolonel R.A Kosasih. Setelah menyalami, Presiden dipersilahkan untuk memeriksa
Pasukan Jajar Kehormatan bersenjata dengan sangkur. Dengan didampingi oleh
Panglima Siliwangi, Presiden diiringi korps musik memeriksa Pasukan Jajar
Kehormatan yang memberikan Penghormatan Militer. Setelah itu, sebelum memasuki
mobil yang akan mengantarnya ke kampus ITB, Presiden bertanya kepada Panglima
“Kos, itu tadi pasukan darimana kok tidak memakai tanda pangkat?”, Pak Kosasih
menjawab “Mereka adalah pasukan Resimen Mahasiswa yang sedang dipersiapkan
untuk membantu “Operasi Pagar Betis” menumpas gerombolan DI/TII Kartosuwirjo”
Kepada Kolonel
R.A Kosasih, Bung Karno berpesan agar dibina dengan baik karena mereka adalah
calon-calon pemimpin. Diantara anggota Resimen Mahasiswa tersebut yang
dikemudian hari menjadi tokoh nasional adalah Ir. Siswono Yudo Husodo.
Ketika PKI
gagal membentuk angkatan V, DN Aidit mengadu ke Bung Karno sambil mengajukan
protes mengapa TNI diijinkan membangun Resimen Mahasiswa, sambil menunjukkan
radiogram Menko Hankam Kasab No.A3/3046/64 tertanggal 21 April 1964 yang
ditujukan kepada semua Panglima Daerah untuk membentuk dan menyeragamkan Resimen
Mahasiswa yang ada disetiap Kodam.
Kepada Bung
Karno, Pak Nas menjelaskan tentang maksud dan tujuan radiogram tersebut: 1) Menertibkan
dan menyatukan bermacam-maacam Resimen Mahasiswa yang timbul sebagai akibat
adanya instruksi Menteri PTIP No.1 tahun 1962 tertanggal 15 Januari tentang
pembentukan Korps Sukarelawan dilingkungan Perguruan; 2) Sebagai titik awal
untuk merintis Program Pendidikan Perwira Cadangan melalui Perguruan Tinggi; 3)Dalam
upaya melestarikan tradisi semangat bela negara dan patriotisme dikalangan
intelektual muda.
Sebelum
meninggalkan istana, Pak Nas bertanya kepada Bung Karno, bagaimana
kelanjutannya untuk mengikuti petunjuk beliau, jawaban Bung Karno amat singkat
“Teruskan!”
Sebagai
akibat instruksi Presiden maka munculah Resimen-Resimen Mahasiswa disetiap
Kodam. Di Jawa Barat diberi nama “Resimen Mahawarman”, di Jakarta diberi nama
“Resimen Mahajaya”, dan di Jogyakarta diberi nama “Resimen Mahakarta”.
Di akhir
tahun 1965, terdesak oleh demonstrasi-demonstrasi mahasiswa yang tergabung
dalam KAMI, maka DN Aidit kembali mengadu ke Bung Karno di istana dengan
permintaan agar Bung Karno sesegera mungkin membubarkan Resimen Mahasiswa. Ternyata
setelah itu Bung Karno tidak membubarkan Resimen Mahasiswa, tertapi malah
membubarkan KAMI.
Dahulu di
Jawa Barat anggota Resimen Mahasiswa sebelum menerima penyematan baret pada
acara pelantikan, harus terlebih dahulu mengucapkan atau sumpah yang disebut
“Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa”.
Panca Dharma
Satya mengandung lima nilai kesetiaan, yaitu setia kepada sang Saka Merah
Putih, setia kepada Pancasila, setia kepada Konstitusi (UUD 1945 yang asli),
setia kepada NKRI, dan setia kepada cita-cita dan nilai-nilai kejuangan bangsa.
Menurut Pak Sutikno Lukitodisastro (mantan Sekretaris militer Presiden) “Panca
Dharma Satya” itulah yang membuat Bung Karno tidak mau membubarkan Resimen
Mahasiswa karena menganggap Resimen Mahasiswa merupakan salah satu wujud dari
“Nation and Character Building”.